Rabu, 30 Maret 2016
Psikoterapi (softskill)
PSIKOTERAPI PSIKOANALISA
Disusun Oleh :
Ika Yulistyamawati (14513242)
Listiorini Irawan P (15513012)
Viraldo Lopulalan (19513165)
Yetika Sisca (19513438)
Dosen pengajar : Diamonddy Avary
Dosen pengajar : Diamonddy Avary
Kelas : 3PA15
UNIVERSITAS GUNADARMA
2016
1. Pengertian Psikoterapi
Menurut Wohlberg, psikoterapi adalah pengobatan dengan cara psikologis dari masalah yang bersifat emosional di mana seseorang terlatih sengaja membangun hubungan profesional dengan pasien dengan tujuan menghapus, mengubah atau menghambat gejala yang terganggu pola mediasi perilaku, meningkatkan pertumbuhan kepribadian yang positif dan pengembangan.
Sedangkan menurut Corsini, psikoterapi adalah proses interaksi formal 2 pihak (2 orang/lebih) yang bertujuan memperbaiki keadaan yang tidak menyenangkan (distress) pada salah 1 pihak karena tidak berfungsinya atau ketidakmampuan pada fungsi kognitif, afeksi atau perilaku, dengan terapis berusaha mengembangkan memelihara atau mengubahnya dengan menggunakan metode-metode sesuai pengetahuan dan skill, serta bersifat profesional serta legal.
Bermula dari Sigmund Freud, pada akhir abad ke-19, yang memaparkan teori psikoanalisisnya, psikoterapi kian berkembang hingga kini. Teknik dan metode yang dicetuskan oleh Freud dapat dikatakan merupakan dasar dari psikoterapi, yang tampaknya, dalam praktek sehari-hari masih tetap digunakan sebagai dasar, apa pun teori yang dianut atau menjadi landasan atau pegangan bagi seseorang yang melakukan psikoterapi.
2. Psikoterapi Psikoanalisa
Tokoh paling terkenal dari teori psikoanalisa ini adalah Sigmund Freud.Dalam sejarahnya, teknik psikoanalisa ini adalah aliran pertama dari tiga aliran utama psikologi. Psikoanalisa dipandang sebagai teori kepribadian ataupun metode psikoterapi.
Sumbangan utama psikoanalisis :
1. Kehidupan mental individu menjadi bisa dipahami, dan pemahaman terhadap sifat manusia bisa diterapkan pada perbedaan penderitaan manusia
2. Tingkah laku diketahui sering ditentukan oleh faktor tak sadar
3. Perkembangan pada masa dini kanak-kanak memiliki pengaruh yg kuat terhadap kepribadian di masa dewasa
4. Teori psikoanalisis menyediakan kerangka kerja yang berharga untuk memahami cara-cara yg digunakan oleh individu dalam mengatasi kecemasan
5. Terapi psikoanalisis telah memberikan cara-cara mencari keterangan dari ketidaksadaran melalui analisis atas mimpi-mimpi.
Psikoterapi dengan teknik psikoanalisa memiliki beberapa konsep utama, sepertistruktur kepribadian, pandangan tentang sifat manusia, kesadaran dan ketidaksadaran, dan kecemasan. Psikoanalisa sendiri mengedepankan pengaruh masa lalu terhadap terbentuknya perilaku seseorang dimasa dewasanya. Teori – teori psikoanalisa dari Freud juga mengemukakan tentang adanya alam bawah sadar pada manusia yang mampu mendorong 3 prinsip dasar dari psikoanalisa sendiri yaitu:
1. Struktur kepribadian
a. Id adalah komponen kepribadian yang berisi impuls agresif dan libinal. Bekerja dengan menganut prinsip kesenangan (pleasure principle). Contohnya adalah ketika seseorang lapar maka ia akan membayangkan makanan.
b. Ego adalah bagian kepribadian yang bertugas sebagai pengontrol jalannya id dengan superego (penengah antara id dan superego) atau pelaksanaan dari Id. Menganut prinsip realitas (reality priciple). Contohnya adalah orang yang merasa lapar maka akan pergi mencari makan.
c. Super Ego adalah bagian moral dari kepribadian manusia. Merupakan filter dari sensor baik-buruk, salah-benar, boleh-tidak dari sesuatu yang dilakukan oleh dorongan ego. Contohnya adalah orang yang lapar tetapi ia sedang berada di kelas mengikuti perkuliahan dia tidak bisa menahan laparnya dan keluar dari kelas tanpa meminta izin pada dosen atau memilih menunggu jam perkuliahan selesai baru pergi ke kantin untuk makan. Maka superego berperan penting pada saat itu.
Menurut Freud kepribadian yang sehat adalah kepribadian yang menyadari motivasi (dorongan) yang dimilikinya. Dalam Psikoterapi tujuan digunakannya metode Psikoanalisa adalah untuk membuat motivasi–motivasi yang tidak disadari menjadi disadari.
2. Pandangan tentang sifat manusia
Pandangan Freud tentang sifat manusia pada dasarnya pesimistik, deterministic, mekanistik, dan reduksionistik.
3. Kesadaran dan ketidaksadaran
Freud menggambarkan ketidaksadaran dan kesadaran bagaikan gunung es di tengah lautan, dengan bongkahan kecil yang tampak di atas permukaan laut sebagai kesadaran.
1) Konsep ketidaksadaran
a. mimpi-mimpi → merupakan representative simbolik dari kebutuhan-kebutuhan, hasrat-hasrat konflik
b. salah ucap atau lupa
c. sugesti pasca hipnotik
d. materi-materi yang berasal dari teknik-teknik asosiasi bebas
e. bahan-bahan yang berasal dari teknik proyektif
4. Kecemasan
Suatu keadaan yang memotifasi kita untuk berbuat sesuatu. Fungsinya adalah untuk memperingatkan adanya ancaman bahaya
3 macam kecemasan :
a. Kecemasan realistis
kecemasan yang timbul karena adanya ancaman dari dunia luar. Kecemasan ini sering kali di interpretasikan sebagai rasa takut. Kecemasan realistis ini adalah kecemasan yang paling pokok sedangkan dua kecemasan yang lain (neurotik dan moral) berasal dari kecemasan ini.
b. Kecemasan neurotic
timbul karena id (rangsangan insting yang menuntut pemuasan segera) muncul sebagai suatu rangsangan yang mendorong ego untuk melakukan hel-hal yang tidak dapat diterima oleh lingkungan. Ciri kecemasan neurotic yang dapat dilihat dengan jelas adalah ketakutan yang tegang dan tidak rasional phobia).
c. Kecemasan moral
individu yang superego berkembang baik cenderung untuk merasa berdosa apabila ia melakukan atau bahkan berpikir untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan norma-norma moral. Kecemasan moral ini juga mempunyai dasar dalam realitas karena dimasa yang lampau orang telah mendapatkan hukuman sebagai akibat dari perbuatan yang melanggar kode moral dan mungkin akan mendapatkan hukuman lagi.
Unsur-unsur terapi psikoanalisa
1. Muncul gangguan
Terapis berusaha memunculkan penyebab-penyebab yang menjadi akar permasalahan dari klien, untuk lebih mengenal karakteristik penyebab gangguan tersebut, kemudian terapis memperkuat konidis psikis dari diri klien, shingga apabila klien mengalami gangguan yang serupa diri klien akan lebih siap menghadapi dan mencari solusi dengan cepat.
Terapis berusaha memunculkan penyebab-penyebab yang menjadi akar permasalahan dari klien, untuk lebih mengenal karakteristik penyebab gangguan tersebut, kemudian terapis memperkuat konidis psikis dari diri klien, shingga apabila klien mengalami gangguan yang serupa diri klien akan lebih siap menghadapi dan mencari solusi dengan cepat.
2. Tujuan terapi
Terfokus kepada upaya penguatan diri klien, agar dikemudian hari apabila klien mengalami problem yang sama maka klien akan lebih siap.
Terfokus kepada upaya penguatan diri klien, agar dikemudian hari apabila klien mengalami problem yang sama maka klien akan lebih siap.
3. Peran terapis
Membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melaukukan hubungan personal dalam menangani kecemasan secara realistis, membangun hubungan kerja dengan klien dengan banyak mendengar dan menafsirkan, terapis memebrikan perhatian khusus pada penolakan-penolakan klien, mendengarkan kesenjangan dan pertentangan pada cerita klien.
Membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melaukukan hubungan personal dalam menangani kecemasan secara realistis, membangun hubungan kerja dengan klien dengan banyak mendengar dan menafsirkan, terapis memebrikan perhatian khusus pada penolakan-penolakan klien, mendengarkan kesenjangan dan pertentangan pada cerita klien.
Teknik dasar Terapi Psikoanalisis
1) Asosiasi bebas
adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lalu & pelepasan emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi-situasi traumatik di masa lalu.
Dalam Psikoanalisa tradisional, penerapan teknik asosiasi bebas ini dilakukan dengan klien berbaring di depan dan konselor duduk di kursi sejajar dengan kepala klien, sehingga klien tidak melihat konselor. Dengan demikian, klien dapat mengungkapkan atau menyalurkan materi-materi yang ada dalam ketidaksadarannya secara bebas, terbuka, tidak menutup-nutupi tanpa harus malu meskipun materi tersebut menyakitkan, tidak logis, dan tidak relevan. Agar konselor dapat mengintrepetsaikan secara tepat apa yang dikatakan klien, selama asosiasi bebas berlangsung, konselor harus aktif memperhatikan perasaan, ucapan-ucapannya, mencatat gerakan tubuh, nada suara, dan bahasa tubuh klien secara umum. Penting bagi konselor untuk mencermati kata-kata yang muncul diluar kesadarannya.
2) Penafsiran (Interpretasi)
Adalah suatu prosedur dalam menganalisa asosiasi-asosiasi bebas, mimpi-mimpi, resistensi-resistensi dan transferensi perasaan klien dengan tujuan utama untuk menemukan materi yang tidak disadari. Dengan demikian ego klien dapat mencerna materi tersebut dengan penuh kesadaran. Dalam memberikan penafsiran, konselor harus hati-hati serta dapat memilih waktu dan kata-kata yang tepat agar klien tidak justru menjadi menutup diri atau mengembangkan pertahanan dirinya. Untuk itu, interpretasi hendaknya bersifat hipotetik, bukan menyatakan fakta, mendekati kesadaran klien, dimulai dari yang sifatnya permukaan menuju yang mempunyai bobot emosional yang lebih mendalam, serta dilakukan dengan terlebih dahulu menunjukkan pertahanan diri klien sebelum ke hal-hal yang dianggap mendasarinya.
3) Analisis Mimpi
Suatu prosedur yang penting untuk menyingkap bahan-bahan yang tidak disadari dan memberikan kepada klien atas beberapa area masalah yang tak terselesaikan. Bagi Freud, mimpi adalah ekspresi simbolik dari kebutuhan-kebutuhannya yang terdesak.
Tujuan analisis mimpi adalah untuk mencari isi yang laten atau sesuatu yang ada dibalik isi yang manifes, untuk menemukan sumber-sumber konflik terdesak.
4) Analisis dan Penafsiran Resistensi
Ditujukan untuk membantu klien agar menyadari alasan-alasan yang ada di balik resistensi sehingga dia bisa menanganinya. Freud menyatakan bahwa resistensi merupakan suatu dinamika yang tidak disadari untuk mempertahankan kecemasan. apabila hal ini terjadi, maka sebenarnya adalah sebuah kewajaran. Namun yang penting bagi konselor adalah bagaimana pertahanan diri tersebut dapat diterobos sehingga dapat teramati untuk selanjutnya dianalisis dan ditafsirkan, sehingga klien menyadari alasan timbulnya resistensi tersebut.
5) Analisis Transferensi
Transferensi atau pengalihan adalah pergeseran arah yang tidak disadari kepada konselor dari orang-orang tertentu dalam masa silam klien. pengalihan ini terkait dengan perasaan, sikap, dan khayalan klien. Baik secara positif maupun negatif yang tidak terselesaikan pada masa silamnya. Teknik analisis Tranferensi ini dilakukan dengan mengusahakan agar klien mampu mengembangkan transferensinya guna mengungkap kecemasan-kecemasan yang dialaminya pada masa kanak-kanak. Apabila transferensi ini tidak ditangani dengan baik baik, maka klien dapat menjadi bersikap menolak terhadap perlakuan terapis dan proses terapi dapat dirasakan sebagai hukuman. Oleh karena itu, dalam transferensi konselor harus bersikap obyektif, netral, anonim, dan pasif.
Contoh kasus :
Kasus seorang homo seksual, sebut saja namanya andre (nama samaran). Jika dikaji menurut teori perkembangan psikoanalisa Sigmund freud, kepribadian andre sebagai seorang yang homoseksual ini dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman pada masa kecilnya. Terutama pada waktu andre berusia 3-5/6 tahun atau pada tahap fhalis. Pada tahap ini andre menemui konflik-konflik oedipal. Dimana pada usia 3-5/6 tahun andre tidak bisa melampiaskan fantasi-fantasi seksualnya kepada ibunya. Seperti andre ingin disayang dan dicintai oleh ibunya, tetapi pada waktu itu ibunya lebih perhatian pada sang ayah dan keinginan andre memiliki ibunya itu tidak terpenuhi, maka andre menemui kecemasan-kecemasan dimana kecemasan disini yaitu andre cemas kalau dia akan dihukum oleh ayahnya karena perasaannya terhadap ibunya. Kecemasan ini mendorong andre mengidentifikasi dengan ayahnya dan mulai menirunya bukan melawan ayahnya. Dan ini yang membuat andre mengembangkan kepribadian fhalis dan menekan perasaan seksual terhadap ibunya. Sehingga andre secara seksual menyimpang dan bingung tentang identitas seksualnya. Dan dampak dari kecemasan yang dialami andre tersebut menjadikan andre sebagai seorang homoseksual.
Dalam kasus ini dapat menggunakan teknik asosisi bebas. Asosiasi bebas didasarkan pada suatu asumsi bebas bahwa orang akan mengatakan apapun yang ada didalam benaknya tanpa sensor atau penilaian. Melalui asosiasi bebas konselor berusaha mempertalikan antara satu pikiran andre dengan pikiran-pikiran lainnya seperti pikiran-pikiran positif. Sehingga dia bisa melampiaskan kebutuhan seksualnya sesuai dengan moral atau tidak menyimpang.
Referensi:
Corey, Gerald. (1995). Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi. Edisi ke-4. Semarang: IKIP Semarang Press.
Saraswati, E. (2011). “Pergeseran citra pribadi perempuan dalam sastra Indonesia: Analisis psikoanalisis terhadap karya sastra Indonesia mulai angkatan sebelum perang hingga mutakhir”. Jurnal Artikulasi Vol.2 No.2. Hal 754-768.
Kanserina, P.D. (2011). “Kekerasan seksual pada tokoh utama grace adams dalam novel malice karya Danielle steel”. Lensa Vol. 1 No.2, Hal 142-152.
Yulianti, Y. (2007). “Psikoanalisis Dalam Cantik Itu Luka Karya Eka Kurniawan”. Sintesis Vol.5 No.2. Hal 136-141.











