This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Senin, 30 April 2018

TUGAS SOFSKILL 3 (IAD) STUDI KASUS TEKNOLOGI YANG TELAH DI TERAPKAN DALAM BIDANG EKONOMI

Rabu, 09 November 2016

Tugas Sofskil 2 ( contoh kasus )

1.       Contoh Kasus
Susi adalah seorang anak perempuan berusia 12 tahunyang agak pendiam di sekolahnya. Ketika pulang ke rumah dari sekolahnya, ingin segera tiba dan mengatakan kepada ibunya mengenai kesuksesan yang hebat yang ia lakukan di sekolah. Seperti mendapat nilai tinggi ketika ujian matematika maupun kemenangannya ketika ia bermain lompat tali bersama temannya. Akan tetapi ibu Susi ini, bukannya mendengarkan anaknya dan memberikan perhatian dengan bangga, ia malah membelokkan obrolan dari anaknya pada dirinya sendiri. Si ibu justru mengabaikan cerita-cerita puterinya dan mulai membicarakan tentang kesuksesan dirinya sendiri mengenai pekerjaannya di kantor dan di tempat perkumpulannya. Dan secara tidak sadar ibu mengalihkan pembicaraan gadis kecilnya itu.Karena kejadian seperti itu terus berlangsung, Susi merasa harus menceritakan berbagai kehebatannya kepada orang lain. Dan ia lakukan kepada teman-temannya di sekolah, Susi selalu menceritakan berbagai kegiatan maupun hal-hal yang selama ini telah ia raih. Ia selalu menceritakan hal-hal mengenai keberhasilannya dalam kegiatan akademik maupun dalam pertemanan. Susi juga senang memamerkan barang-barang yang ia miliki, tetapi ia menjadi iri hati ketika melihat temannya yang lain memiliki barang lain yang lebih bagus darinya. Susi merasa sangat senang apabila teman-temannya mengagumi dirinya ketika Susi menceritakan berbagai cita-cita dan khayalan tentang dirinya, “Aku akan menjadi orang hebat jika telah besar nanti, seperti presiden dan aku akan pergi kemana pun yang aku sukai, kalian akan jauh berbeda dariku karena aku yang akan lebih besar dan hebat dari kalian..” ungkap Susi. Tak jarang ia menyuruh temannya untuk melakukan hal-hal yang ia inginkan, tak peduli apa yang sedang temannya kerjakan ia harus mengerjakan apa yang di inginkan, apabila tidak dipenuhi Susi akan marah dan sering mencaci maki temannya itu. Terakhir ia meminta temannya Ana untuk membelikannya minuman ketika sedang ujian Bahasa Inggris..

Analisis
Contoh kasus Susi menggambarkan perilaku grandiositi dan egosentris dari seorang narsis sebagai sebuah pertahanan melawan kegusaran atau kemarahan yang mereka rasakan kepada orang tua mereka, yang mereka rasakan dingin dan acuh tak acuh. Kepribadian narsistik yang dialami Susi berkembang sebagai sebuah cara untuk meniru dengan merasakan kekurangan di dalam diri yang menyakiti hati, karena orang tua (Ibunya) tidak memberikan dukungan dan empati.Susi terabaikan dalam cara ini mempunyai masalah dalam menerima kekurangan dirinya sendiri. Dia mungkin berkembang ke dalam kepribadian narsistik, syarafnya bekerja keras untuk menyokong perasaan terhadap dirinya melalui pengakuan dari orang lain yang tidak ada hentinya.Narsistik mempunyai pandangan yang megah terhadap kemampuan-kemampuan dan keunikan-keunikan dari diri mereka sendiri. Dalam hal ini Susi terasyikkan dengan khayalan-khayalan mereka tentang kesuksesan yang besar dan kecanduan terhadap kekaguman dan perhatian orang lain. Untuk mengatakan bahwa dirinya adalah orang yang berpusat pada pribadi diri sendiri hampir menjadi keterangan yang mengecilkan persoalan. Hubungan antar personal Susi pun terganggu oleh kurangnya empati; oleh perasaan iri ketika temannya memiliki sesuatu hal lebih dibanding dirinya; mengambil keuntungan dari temannya dengan menyuruh-nyuruh seenak hati Susi; dan mengharapkan teman-temannya untuk melakukan sesuatu perlakuan khusus. Mencari perhatian dan puji-pujian yang berlebihan secara konstan, kepribadian-kepribadian narsistik adalah di bawah sangat amat sensitif terhadap kritikan dan ketakutan yang teramat dalam akan kegagalan.Akibatnya hubungan personal Susi sedikit dan dangkal, ketika orang-orang tidak bisa diacuhkan jatuh akan harapan-harapan yang tidak realistis, sehingga Susi sering menjadi marah.Dalam hal ini untuk selanjutnya orangtua harus bereaksi terhadap Susi dengan hormat, kehangatan, dan empati jika Susi memperoleh rasa bahwa diri mereka berharga yang masih dikatakan normal. Agar Susi dapat mampu memahami dan merasakan perasaan orang lain dalam hal ini sebaiknya Susi mendapat perhatian berlebih dari orangtuanya. Susidibimbing untuk kemudian menerima bantuan dan mempelajari bagaimana berhadapan dengan kekurangannya dengan lebih menyesuaikan diri lagi..


Buku Sumber:
- Essentials Abnormal Psychology by V. Mark Durand and David H. Barlow
- Abnormal Psychology Core Concept by James and Butcher, Susan Mineka, Jill M. Hooley; Pearson Education USA 2008
- Abnormal Psychology by Gerald C. Davison, John M. Neale, An M. Kring; 9th Edition


Minggu, 09 Oktober 2016

Tugas Sofskil 1 (Sistem informasi Pikologi )

  •      Pengertian Sistem Informasi Psikologi

Sistem Informasi Psikologi adalah suatu sistem atau tata cara yang merupakan kombinasi dari manusia, fasilitas atau alat teknologi, media, prosedur dan pengendalian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan, mengolah dan menyimpan data mengenai perilaku terlihat maupun tidak terlihat secara langsung serta proses mental yang terjadi pada manusia sehingga data tersebut dapat diubah menjadi informasi yang dapat digunakan untuk tujuan tertentu seperti tujuan penelitian. Contoh nyata dari pengaplikasian SIP dalam kehidupan adalah penggunaan teknologi dalam pengambilan data tes psikologi, dalam hal ini umumnya komputer (komputerisasi alat tes psikologi).
Memang antara psikologi dan informasi Teknologi memiliki kaijan objek teoritis dan aspek berbeda mengenai hal apa yang menjadi objek ilmu mereka, namun dalam beberapa hal keberadaan Teknologi Informasi bisa menjadi suatu ilmu yang membantu dalam upaya pengembangan ilmu dan pemaksimalan dalam aplikasi ilmu Psikologi. E-counseling merupakan salah satu bentuk nyata aplikasi Teknologi Informasi dalam bidang Psikologi. Internet menawarkan suatu proses psikoterapis yang menggunakan suatu media komunikasi yang baru, dimana melalui media tersebut mereka dapat memberikan intervensi psikoterapi itulah yang disebut degan E-counseling atau e-mail counseling. E-mail counseling merupakan pelayanan intervensi psikologi yang dilakukan melalu internet, dimana proses terapi terlebih dahulu dilakukan melalui media ini, untuk kemudian menyusun rencana dalam melakukan intervensi psikologi secara face-to-face akan dilakukan. Fungsi dari e-counseling adalah untuk membantu terapis dalam mengumpulkan sejumlah data yang terkait dengan kliennya sebelum akhirnya terapis dan klien sepakat untuk bertemu secara langsung untuk melakukan proses terapis selanjutnya. Dalam aplikasinya, psikoterapi online menawarkan tantangan etika baru bagi mereka para terapis yang tertarik untuk menggunakan media ini dalam memberikan pelayanan psikologi. Perbedaan antara komunikasi berbasis teks interaktif dan komunikasi verbal in-person menciptakan tantangan etika baru yang sebelumnya tidak ditemui dalam terapi face-to-face. 

  • Komponen Sistem Informasi Psikologi

Komponen-komponen yang terdapat dalam sistem informasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.   Blok Input (Input Block) Meliputi metode-metode dan media untuk menangkap             data yang akan dimasukan, dapat berupa dokumen-dokumen dasar.
b.   Blok Model (Model Block) Terdiri dari kombinasi prosedur, logika, dan model             matematika yang berfungsi memanipulasi data untuk outputtertentu.
c.   Blok Output (Output Block) Berupa output dokumen dan informasi yang                       berkualitas.
d.   Blok Teknologi (Technology Block) Untuk menerima input, menjalankan model,           menyimpan, dan mengakses data menghasilkan dan mengirimkan output serta               membantu pengembalian dari sistem secara keseluruhan.
e.   Blok Basis Data (Database Block) Merupakan kumpulan data yang berhubungan           satu dengan yang lainnya tersimpan di perangkat keras komputer dan perangkat             lunak untuk memanipulasinya.
f.    Blok Kendali (Control Block) Meliputi masalah pengendalian yang berfungsi               mencegah dan menangani kesalahan atau kegagalan sistem.

  • Manfaat Sistem Informasi Psikologi

Menurut Chr. Jimmy L. Gaol (2008) sistem informasi psikologi bertujuan mendapatkan pemahaman bagaimana manusia pembuat keputusan merasa dan menggunakan informasi formal.

Rabu, 30 Maret 2016

sofskill (psikoterapi) viraldo lopulalan 3pa15 (19513165)

Viraldo lopulalan


Rabu, 30 Maret 2016


Psikoterapi (softskill)



PSIKOTERAPI PSIKOANALISA



Disusun Oleh :

Ika Yulistyamawati (14513242)
Listiorini Irawan P (15513012)
Viraldo Lopulalan (19513165)
Yetika Sisca (19513438)

Dosen pengajar : Diamonddy Avary
Kelas : 3PA15

  
UNIVERSITAS GUNADARMA
2016




1. Pengertian Psikoterapi

Menurut Wohlberg, psikoterapi adalah pengobatan dengan cara psikologis dari masalah yang bersifat emosional di mana seseorang terlatih sengaja membangun hubungan profesional dengan pasien dengan tujuan menghapus, mengubah atau menghambat gejala yang terganggu pola mediasi perilaku, meningkatkan pertumbuhan kepribadian yang positif dan pengembangan.

Sedangkan menurut Corsini, psikoterapi adalah proses interaksi formal 2 pihak (2 orang/lebih) yang bertujuan memperbaiki keadaan yang tidak menyenangkan (distress) pada salah 1 pihak karena tidak berfungsinya atau ketidakmampuan pada fungsi kognitif, afeksi atau perilaku, dengan terapis berusaha mengembangkan memelihara atau mengubahnya dengan menggunakan metode-metode sesuai pengetahuan dan skill, serta bersifat profesional serta legal. 

Bermula dari Sigmund Freud, pada akhir abad ke-19, yang memaparkan teori psikoanalisisnya, psikoterapi kian berkembang hingga kini. Teknik dan metode yang dicetuskan oleh Freud dapat dikatakan merupakan dasar dari psikoterapi, yang tampaknya, dalam praktek sehari-hari masih tetap digunakan sebagai dasar, apa pun teori yang dianut atau menjadi landasan atau pegangan bagi seseorang yang melakukan psikoterapi.

 2. Psikoterapi Psikoanalisa

Tokoh paling terkenal dari teori psikoanalisa ini adalah Sigmund Freud.Dalam sejarahnya, teknik psikoanalisa ini adalah aliran pertama dari tiga aliran utama psikologi. Psikoanalisa dipandang sebagai teori kepribadian ataupun metode psikoterapi.

Sumbangan utama psikoanalisis :
       1.      Kehidupan mental individu menjadi bisa dipahami, dan pemahaman terhadap sifat manusia bisa diterapkan pada perbedaan penderitaan manusia
          2.      Tingkah laku diketahui sering ditentukan oleh faktor tak sadar
          3.      Perkembangan pada masa dini kanak-kanak memiliki pengaruh yg kuat terhadap kepribadian di masa dewasa
       4.      Teori psikoanalisis menyediakan kerangka kerja yang berharga untuk memahami cara-cara yg digunakan oleh individu dalam mengatasi kecemasan
        5.      Terapi psikoanalisis telah memberikan cara-cara mencari keterangan dari ketidaksadaran melalui analisis atas mimpi-mimpi.

Psikoterapi dengan teknik psikoanalisa memiliki beberapa konsep utama, sepertistruktur kepribadian, pandangan tentang sifat manusia, kesadaran dan ketidaksadaran, dan kecemasan. Psikoanalisa sendiri mengedepankan pengaruh masa lalu terhadap terbentuknya perilaku seseorang dimasa dewasanya. Teori – teori psikoanalisa dari Freud juga mengemukakan tentang adanya alam bawah sadar pada manusia yang mampu mendorong 3 prinsip dasar dari psikoanalisa sendiri yaitu:

1.         Struktur kepribadian
a.       Id adalah komponen kepribadian yang berisi impuls agresif dan libinal. Bekerja dengan menganut prinsip kesenangan (pleasure principle). Contohnya adalah ketika seseorang lapar maka ia akan membayangkan makanan.
b.      Ego adalah bagian kepribadian yang bertugas sebagai pengontrol jalannya id dengan superego (penengah antara id dan superego) atau pelaksanaan dari Id. Menganut prinsip realitas (reality priciple). Contohnya adalah orang yang merasa lapar maka akan pergi mencari makan.
c.       Super Ego adalah bagian moral dari kepribadian manusia. Merupakan filter dari sensor baik-buruk, salah-benar, boleh-tidak dari sesuatu yang dilakukan oleh dorongan ego. Contohnya adalah orang yang lapar tetapi ia sedang berada di kelas mengikuti perkuliahan dia tidak bisa menahan laparnya dan keluar dari kelas tanpa meminta izin pada dosen atau memilih menunggu jam perkuliahan selesai baru pergi ke kantin untuk makan. Maka superego berperan penting pada saat itu.

Menurut Freud kepribadian yang sehat adalah kepribadian yang menyadari motivasi  (dorongan) yang dimilikinya. Dalam Psikoterapi tujuan digunakannya metode Psikoanalisa adalah untuk membuat motivasi–motivasi yang tidak disadari menjadi disadari.

2.        Pandangan tentang sifat manusia
Pandangan Freud tentang sifat manusia pada dasarnya pesimistik, deterministic, mekanistik, dan reduksionistik.

3.       Kesadaran dan ketidaksadaran
Freud menggambarkan ketidaksadaran dan kesadaran bagaikan gunung es di tengah lautan, dengan bongkahan kecil yang tampak di atas permukaan laut sebagai kesadaran.

                  1)      Konsep ketidaksadaran
a.    mimpi-mimpi → merupakan representative simbolik dari kebutuhan-kebutuhan, hasrat-hasrat konflik
b.   salah ucap atau lupa
c.    sugesti pasca hipnotik
d.   materi-materi yang berasal dari teknik-teknik asosiasi bebas
e.    bahan-bahan yang berasal dari teknik proyektif

4.       Kecemasan
            Suatu keadaan yang memotifasi kita untuk berbuat sesuatu. Fungsinya adalah untuk memperingatkan adanya ancaman bahaya

3 macam kecemasan :
a.       Kecemasan realistis
kecemasan yang timbul karena adanya ancaman dari dunia luar. Kecemasan ini sering kali di interpretasikan sebagai rasa takut. Kecemasan realistis ini adalah kecemasan yang paling pokok sedangkan dua kecemasan yang lain (neurotik dan moral) berasal dari kecemasan ini.
b.      Kecemasan neurotic
timbul karena id (rangsangan insting yang menuntut pemuasan segera) muncul sebagai suatu rangsangan yang mendorong ego untuk melakukan hel-hal yang tidak dapat diterima oleh lingkungan. Ciri kecemasan neurotic yang dapat dilihat dengan jelas adalah ketakutan yang tegang dan tidak rasional phobia).
c.       Kecemasan moral
individu yang superego berkembang baik cenderung untuk merasa berdosa apabila ia melakukan atau bahkan berpikir untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan norma-norma moral. Kecemasan moral ini juga mempunyai dasar dalam realitas karena dimasa yang lampau orang telah mendapatkan hukuman sebagai akibat dari perbuatan yang melanggar kode moral dan mungkin akan mendapatkan hukuman lagi.
  
Unsur-unsur terapi psikoanalisa
              1.      Muncul gangguan
                 Terapis berusaha memunculkan penyebab-penyebab yang menjadi akar permasalahan dari    klien, untuk lebih mengenal karakteristik penyebab gangguan tersebut, kemudian terapis memperkuat konidis psikis dari diri klien, shingga apabila klien mengalami gangguan yang serupa diri klien akan lebih siap menghadapi dan mencari solusi dengan cepat.
              2.      Tujuan terapi
                 Terfokus kepada upaya penguatan diri klien, agar dikemudian hari apabila klien mengalami problem yang sama maka klien akan lebih siap.
             3.      Peran terapis
               Membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melaukukan hubungan personal dalam menangani kecemasan secara realistis, membangun hubungan kerja dengan klien dengan banyak mendengar dan menafsirkan, terapis memebrikan perhatian khusus pada penolakan-penolakan klien, mendengarkan kesenjangan dan pertentangan pada cerita klien.

Teknik dasar Terapi Psikoanalisis

1)      Asosiasi bebas
adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lalu & pelepasan emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi-situasi traumatik di masa lalu.
Dalam Psikoanalisa tradisional, penerapan teknik asosiasi bebas ini dilakukan dengan klien berbaring di depan dan konselor duduk di kursi sejajar dengan kepala klien, sehingga klien tidak melihat konselor. Dengan demikian, klien dapat mengungkapkan atau menyalurkan materi-materi yang ada dalam ketidaksadarannya secara bebas, terbuka, tidak menutup-nutupi tanpa harus malu meskipun materi tersebut menyakitkan, tidak logis, dan tidak relevan. Agar konselor dapat mengintrepetsaikan secara tepat apa yang dikatakan klien, selama asosiasi bebas berlangsung, konselor harus aktif memperhatikan perasaan, ucapan-ucapannya, mencatat gerakan tubuh, nada suara, dan bahasa tubuh klien secara umum. Penting bagi konselor untuk mencermati kata-kata yang muncul diluar kesadarannya.

2)      Penafsiran (Interpretasi)
Adalah suatu prosedur dalam menganalisa asosiasi-asosiasi bebas, mimpi-mimpi, resistensi-resistensi dan transferensi perasaan klien dengan tujuan utama untuk menemukan materi yang tidak disadari. Dengan demikian ego klien dapat mencerna materi tersebut dengan penuh kesadaran. Dalam memberikan penafsiran, konselor harus hati-hati serta dapat memilih waktu dan kata-kata yang tepat agar klien tidak justru menjadi menutup diri  atau mengembangkan pertahanan dirinya. Untuk itu, interpretasi hendaknya bersifat hipotetik, bukan menyatakan fakta, mendekati kesadaran klien, dimulai dari yang sifatnya permukaan menuju yang mempunyai bobot emosional yang lebih mendalam, serta dilakukan dengan terlebih dahulu menunjukkan pertahanan diri klien sebelum ke hal-hal yang dianggap mendasarinya.
  
3)      Analisis Mimpi
Suatu prosedur yang penting untuk menyingkap bahan-bahan yang tidak disadari dan memberikan kepada klien atas beberapa area masalah yang tak terselesaikan. Bagi Freud, mimpi adalah ekspresi simbolik dari kebutuhan-kebutuhannya yang terdesak.
Tujuan analisis mimpi adalah untuk mencari isi yang laten atau sesuatu yang ada dibalik isi yang manifes, untuk menemukan sumber-sumber konflik terdesak. 

4)      Analisis dan Penafsiran Resistensi
Ditujukan untuk membantu klien agar menyadari alasan-alasan yang ada di balik resistensi sehingga dia bisa menanganinya. Freud menyatakan bahwa resistensi merupakan suatu dinamika yang tidak disadari untuk mempertahankan kecemasan. apabila hal ini terjadi, maka sebenarnya adalah sebuah kewajaran. Namun yang penting bagi konselor adalah bagaimana pertahanan diri tersebut dapat diterobos sehingga dapat teramati untuk selanjutnya dianalisis dan ditafsirkan, sehingga klien menyadari alasan timbulnya resistensi tersebut.

5)      Analisis Transferensi
Transferensi atau pengalihan adalah pergeseran arah yang tidak disadari kepada konselor dari orang-orang tertentu dalam masa silam klien. pengalihan ini terkait dengan perasaan, sikap, dan khayalan klien. Baik secara positif maupun negatif yang tidak terselesaikan pada masa silamnya. Teknik analisis Tranferensi ini dilakukan dengan mengusahakan agar klien mampu mengembangkan transferensinya guna mengungkap kecemasan-kecemasan yang dialaminya pada masa kanak-kanak. Apabila transferensi ini tidak ditangani dengan baik baik, maka klien dapat menjadi bersikap menolak terhadap perlakuan terapis dan proses terapi dapat dirasakan sebagai hukuman. Oleh karena itu, dalam transferensi konselor harus bersikap obyektif, netral, anonim, dan pasif.



Contoh kasus :
Kasus seorang homo seksual, sebut saja namanya andre (nama samaran). Jika dikaji menurut teori perkembangan psikoanalisa Sigmund freud, kepribadian andre sebagai seorang yang homoseksual ini dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman pada masa kecilnya. Terutama pada waktu andre berusia 3-5/6 tahun atau pada tahap fhalis. Pada tahap ini andre menemui konflik-konflik oedipal. Dimana pada usia 3-5/6 tahun andre tidak bisa melampiaskan fantasi-fantasi seksualnya kepada ibunya. Seperti andre ingin disayang dan dicintai oleh ibunya, tetapi pada waktu itu ibunya lebih perhatian pada sang ayah dan keinginan andre memiliki ibunya itu tidak terpenuhi, maka andre menemui kecemasan-kecemasan dimana kecemasan disini yaitu andre cemas kalau dia akan dihukum oleh ayahnya karena perasaannya terhadap ibunya. Kecemasan ini mendorong andre mengidentifikasi dengan ayahnya dan mulai menirunya bukan melawan ayahnya. Dan ini yang membuat andre mengembangkan kepribadian fhalis dan menekan perasaan seksual terhadap ibunya. Sehingga andre secara seksual menyimpang dan bingung tentang identitas seksualnya. Dan dampak dari kecemasan yang dialami andre tersebut menjadikan andre sebagai seorang homoseksual.
Dalam kasus ini dapat menggunakan teknik asosisi bebas. Asosiasi bebas didasarkan pada suatu asumsi bebas bahwa orang akan mengatakan apapun yang ada didalam benaknya tanpa sensor atau penilaian. Melalui asosiasi bebas konselor berusaha mempertalikan antara satu pikiran  andre dengan pikiran-pikiran lainnya seperti pikiran-pikiran positif. Sehingga dia bisa melampiaskan kebutuhan seksualnya sesuai dengan moral atau tidak menyimpang.


Referensi:
Corey, Gerald. (1995). Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi. Edisi ke-4. Semarang: IKIP Semarang Press.
Saraswati, E. (2011). “Pergeseran citra pribadi perempuan dalam sastra Indonesia: Analisis psikoanalisis terhadap karya sastra Indonesia mulai angkatan sebelum perang hingga mutakhir”. Jurnal Artikulasi Vol.2 No.2. Hal 754-768.
Kanserina, P.D. (2011). “Kekerasan seksual pada tokoh utama grace adams dalam novel malice karya Danielle steel”. Lensa Vol. 1 No.2, Hal 142-152.
Yulianti, Y. (2007). “Psikoanalisis Dalam Cantik Itu Luka Karya Eka Kurniawan”. Sintesis Vol.5 No.2. Hal 136-141.





Selasa, 19 Januari 2016

Tugas sofskill ke 4 (sikap kerja dan kepuasan kerja )

SIKAP KERJA DAN KEPUASAN KERJA

A. Sikap Kerja
1. Determinasi sikap kerja
Beberapa sikap kerja yang lain dikemukakan oleh Robbins (2007) adalah dukungan organisasional yang dirasakan (perceived organizational support) yaitu tingkat dimana karyawan yakin organisasi menghargai kontribusi mereka dan peduli dengan kesejahteraan mereka dan keterlibatan karyawan (employee engagement) yaitu keterlibatan, kepuasan, dan antusiasme individual dengan kerja yang mereka lakukan.
2. Pengukuran sikap kerja
Kepuasan kerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk mendapatkan hasil kerja yang optimal. Ketika seorang merasakan kepuasan dalam bekerja tentunya ia akan berupaya semaksimal mungkin dengan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk menyelesaikan tugas pekerjaannya. Dengan demikian produktivitas dan hasil kerja karyawan akan meningkat secara optimal.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan pada dasarnya secara praktis dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam diri dan dibawa oleh setiap karyawan sejak mulai bekerja di tempat pekerjaannya, Sebagai contoh, karyawan yang sudah lama bekerja memiliki kecenderungan lebih puas dibandingkan dengan karyawan yang belum lama bekerja (Doering et al., 1983) Faktor eksentrinsik menyangkut hal-hal yang berasal dari luar diri karyawan, antara lain kondisi fisik lingkungan kerja, interaksinya dengan karyawan lain, sistem penggajian dan sebagainya.Secara teoritis, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja sangat banyak jumlahnya, seperti gaya kepemimpinan, produktivitas kerja, perilaku, locus of control, pemenuhan harapan penggajian dan efektivitas kerja.
a. Salah satu cara untuk menentukan apakah pekerja puas dengan pekerjaannya atau tidak, ialah dengan membandingkan pekerjaan mereka dengan beberapa pekerjaan ideal tertentu (teori kesenjangan).
b. Faktor-faktor yang biasanya digunakan untuk mengukur kepuasan kerja seorang pegawai diantaranya:
1) Isi pekerjaan, penampilan tugas pekerjaan yang aktual dan sebagai kontrol terhadap pekerjaan
2) Supervise
3) Organisasi dan manajemen
4) Kesempatan untuk maju
5) Gaji dan keuntungan dalam bidang finansial lainnya seperti adanya insentif
6) Rekan kerja
7) Kondisi pekerjaan
c. Menurut Job Descriptive Index (JDI) faktor penyebab kepuasan kerja, pengukuran sikap/kepuasan kerja, diantaranya:
1) Bekerja pada tempat yang tepat
2) Pembayaran yang sesuai
3) Organisasi dan manajemen
4) Supervisi pada pekerjaan yang tepat
5) Orang yang berada dalam pekerjaan yang tepat

3. Macam-macam sikap kerja
Ada 5 macam sikap kerja diantaranya :
a. Kerja ikhlas
Sikap kerja prestatif yang pertama adalah kerja ikhlas, maksud dari kerja ikhlas adalah bekerja dengan bersungguh-sungguh, semangat, dan tidak mengeluh sehingga dapat memperoleh hasil yang maksimal, kerja ikhlas juga dilandasi dengan hari yang tulus.Sebagai contoh dari kerja ikhlas adalah seorang pekerja sebagai operator produksi di salah satu perusahaan mobil, pekerja tersebut tetap bekerja dengan sungguh-sungguh dan giat, walaupun gajinya tidak begitu besar.Ia tetap bersyukur kepada Allah swt dan bekerja dengan sebaik-baiknya sebagai wujud pengabdiannya kepada perusahaan yang telah memperkerjakannya sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.



b. Kerja mawas terhadap emosional
Sikap kerja prestatif yang kedua adalah pengertian mawas terhadap emosional, maksud dari kerja mawas terhadap emosional adalah bekerja dengan sebaik-baiknya tanpa terpengaruhi oleh perasaan/emosional yang sedang melanda jiwanya. Dengan kata lain seorang pengusaha atau pekerja harus dapat memisahkan urusan pribadi dengan urusan pekerjaanya, jangan sampai urusan pribadinya mengganggu pekerjaannya yang dapat berakibat tidak baik bagi perusahaan atau usaha yang dijalaninya. Sebagai contoh adalah sebagai seorang yang memiliki usaha, misal saja berdagang dan ia sedang memiliki masalah dengan istrinya yang membuat ia marah, maka ketika ia sedang berdagang tidak membawa urusan dengan istrinya ke tempat ia bekerja. Jangan sampai ia melampiaskan kemarahannya kepada karyawan atau bahkan pembeli yang datang ke tokonya.

c. Kerja cerdas
Setelah memahami kerja ikhlas dan mawas terhadap emosional, sikap kerja prestatif yang ketiga adalah kerja cerdas. Maksud dari kerja cerdas ini adalah bekerja pandai untuk memperhitungkan risiko (tidak mengabaikan risiko, dan memikirkan besar-kecilnya risiko yang akan didapat), mampu melihat dan memanfaatkan peluang yang ada, serta dapat mencari solusi ketika terjadi suatu masalah dalam pekerjaan atau usahanya.

d. Kerja keras
Sikap kerja prestatif yang keempat adalah kerja keras, maksud dari kerja keras adalah bekerja dengan bersungguh-sungguh, tidak mudah menyerah, tidak mengeluh, tidak membuang-buang waktu, dan memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya (efektif dan optimal). Sebagai contoh adalah seorang petani yang mempunyai sawah seluas 1 hektar, ia harus menggarap sawahnya setiap hari dari pagi sampai dengan sore. Ia harus bekerja keras dan tidak malas-malasan supaya didapat hasil yang maksimal.


e. Kerja tuntas
Setelah mengetahui tentang kerja ikhlas, kerja mawas terhadap emosional, kerja cerdas dan kerja keras.Maka sikap kerja prestatif yang selanjutnya adalah kerja tuntas.Maksud dari kerja tuntas ini adalah bekerja secara tuntas, tidak setengah-setengan, selain itu juga dalam bekerja mampu mengorganisasikan bagian usahanya secara terpadu dari awal sampai akhir untuk dapat memperoleh hasil yang baik.

4. Kepuasan Kerja
a. Definisi kepuasan kerja
Menurut Siegel dan Lane (dalam Munandar, 2001) menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah penilaian dari pekerjaan seseorang sebagai pencapaian atau memungkinkan pencapaian nilai-nilai pekerjaan seseorang yang penting, pemberian nilai-nilai ini adalah sebanding dengan atau membantu memenuhi kebutuhan dasarseseorang.Pada definisi tersebut dapat disimpulkan terdapat dua unsur penting dalam kepuasan kerja, yaitu nilai-nilai pekerjaan dan kebutuhan dasar.
Menurut Howel dan Dipboye (dalam Munandar, 2001) kepuasan kerja adalah hasil keseluruhan dari derajat rasa suka dan tidak sukanya tenaga kerja terhadap berbagai aspek dari kehidupannya. Dengan kata lain kepuasan kerja mencerminkan sikap tenaga kerja terhadap pekerjaannya.

b. Aspek-aspek kepuasan kerja
1) Pekerjaan itu sendiri (Work It self)
Setiap pekerjaan memerlukan suatu  keterampilan tertentu sesuai dengan bidang nya masing-masing. Sukar tidaknya suatu pekerjaan serta perasaan seseorang bahwa keahliannya dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan tersebut, akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan kerja.
2) Atasan (Supervisior)
Atasan yang baik berarti mau menghargai pekerjaan bawahannya. Bagi bawahan, atasan bisa dianggap sebagai figur ayah/ibu/teman dan sekaligus atasannya.


3) Teman sekerja (Workers)
Merupakan faktor yang berhubungan dengan hubungan antara pegawai dengan atasannya dan dengan pegawai lain, baik yang sama maupun yang berbeda jenis pekerjaannya.
4) Promosi (Promotion)
Merupakan faktor yang berhubungan dengan ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh peningkatan karir selama bekerja.
5) Gaji/Upah (Pay)
Merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup pegawai yang dianggap layak atau tidak.

c. Dimensi kepuasan kerja
Ada lima dimensi yaitu:
1) Gaji atau upah yang diterima adalah jumlah gaji atau upah yang diterima dan kelayakan imbalan tersebut.
2) Pekerjaan adalah tingkat hingga di mana tugas-tugas pekerjaan dianggap menarik dan memberikan peluang untuk belajar dan menerima tanggung jawab.
3) Peluang-peluang promosi adalah tersedianya peluang-peluang untuk mencapai kemajuan dalam jabatan.
4) Supervisor adalah kemampuan sang supervisor untuk menunjukkan perhatian terhadap karyawan.
5) Para rekan sekerja adalah tingkat hingga di mana para rekan sekerja bersikap bersahabat, kompeten, dan saling bantu membantu.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja
Davis dan Newstroom (2002) merinci faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja seseorang, yaitu:
1) Usia. Ketika para guru makin bertambah lanjut usianya. Mereka cenderung sedikit lebih puas dengan pekerjaannya. Guru yang lebih muda cenderung kurang puas karena berpengharapan tinggi, kurang penyesuaian dan berbagai sebab lain,
2) Tingkat pekerjaan. Orang-orang dengan pekerjaan pada tingkat lebih tinggi cenderung merasa lebih puas dengan pekerjaan mereka.. Mereka biasanya memperoleh gaji dan kondisi kerja lebih baik, dan pekerjaan yang dilakukan memberi peluang untuk merasa lebih puas,
3) Ukuran organisasi. Pada saat organisasi semakin besar, ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa kepuasan kerja cenderung agak menurun apabila tidak diambil tindakan perbaikan untuk mengimbangi kecenderungan itu.

e. Hubungan pelaksanaan kerja dengan kepuasan kerja
Hubungan antara kepuasan kerja dengan variabel lain dapat bersifat positif atau negatif. Kekuatan hubungan mepunyai rentang dari lemah sampai kuat.Hubungan yang kuat menunjukkan bahwa atasan dapat mempengaruhi dengan signifikan variabel lainnya dengan meningkatkan kepuasan kerja (Kreitner dan Kinicki, 2001: 226). Beberapa korelasi kepuasan kerja antara lain:
1) Motivasi. Antara motivasi dan kepuasan kerja terdapat hubungan yang positif dan signifikan. Karena kepuasan dengan pengawasan/supervisi juga mempunyai korelasi signifikan dengan motivasi, atasan/manajer disarankan mempertimbangkan bagaimana perilaku mereka mempengaruhi kepuasan pekerja sehingga mereka secara potensial dapat meningkatkan motivasi pekerja melalui berbagai usaha untuk meningkatkan kepuasan kerja.
2) Pelibatan Kerja. Hal ini menunjukkan kenyataan dimana individu secara pribadi dilibatkan dengan peran kerjanya. Karena pelibatan kerja mempunyai hubungan dengan kepuasan kerja, dan peran atasan/manajer perlu didorong memperkuat lingkungan kerja yang memuaskan untuk meningkatkan keterlibatan kerja pekerja.
3) Organizational citizenship behavior. Merupakan perilaku pekerja di luar dari apa yang menjadi tugasnya.
4) Organizational commitment. Mencerminkan tingkatan dimana individu mengidentifikasi dengan organisasi dan mempunyai komitmen terhadap tujuannya. Antara komitmen organisasi dengan kepuasan terdapat hubungan yang sifnifikan dan kuat, karena meningkatnya kepuasan kerja akan menimbulkan tingkat komitmen yang lebih tinggi. Selanjutnya komitmen yang lebih tinggi dapat meningkatkan produktivitas kerja.
5) Ketidakhadiran (absenteisme). Antara ketidakhadiran dan kepuasan terdapat korelasi negatif yang kuat. Dengan kata lain apabila kepuasan meningkat, ketidakhadiran akan turun.
6) Perputaran (turn over). Hubungan antara perputaran dengan kepuasan adalah negatif. Dimana perputaran dapat mengganggu kontinuitas organisasi dan mahal sehingga diharapkan atasan/manajer dapat meningkatkan kepuasan kerja dengan mengurangi perputaran.
7) Perasaan Stress. Antara perasaan stres dengan kepuasan kerja menunjukkan hubungan negatif dimana dengan meningkatnya kepuasan kerja akan mengurangi dampak negatif stres.
8) Prestasi Kerja. Terdapat hubungan positif rendah antara kepuasan dan prestasi kerja. Sementara itu menurut Gibson (2000:110) menggambarkan hubungan timbal balik antara kepuasan dan kinerja. Di satu sisi dikatakan kepuasan kerja menyebabkan peningkatan kinerja sehingga pekerja yang puas akan lebih produktif. Di sisi lain terjadi kepuasan kerja disebabkan oleh adanya kinerja atau prestasi kerja sehingga pekerja yang lebih produktif akan mendapatkan kepuasan.

Sumber:
Robbbins  dan Judge. 2007. Perilaku Organisasi, Jakarta : Salemba Empat
(http://www.psikologizone.com/teori-herzberg-dan-kepuasan-kerja-karyawan)
https://chanatha.wordpress.com/2010/01/04/kepuasan-kerja/
Anoraga, P. 1992. Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.
http://agungtriantoro.blogspot.co.id/2016/01/hubungan-antara-pelaksanaan-kerja-dan.html