Jumat, April 11, 2014
Wisuda
Pada masa ini,
bioteknologi berkembang sangat pesat, terutama di negara negara maju. Kemajuan
ini ditandai dengan ditemukannya berbagai macam teknologi semisal rekayasa genetika, kultur jaringan, rekombinan DNA, pengembangbiakan sel induk, kloning, dan
lain-lain. Teknologi ini memungkinkan kita untuk memperoleh penyembuhan
penyakit-penyakit genetik maupun kronis yang belum dapat disembuhkan, seperti kanker ataupun AIDS. Penelitian di
bidang pengembangan sel induk juga memungkinkan para penderita strokeataupun
penyakit lain yang mengakibatkan kehilangan atau kerusakan pada jaringan tubuh
dapat sembuh seperti sediakala. Di bidang pangan, dengan menggunakan
teknologi rekayasa genetika, kultur jaringan dan rekombinan DNA, dapat
dihasilkan tanaman dengan sifat dan produk unggul karena mengandung zat gizi yang lebih
jika dibandingkan tanaman biasa, serta juga lebih tahan terhadap hama maupun
tekanan lingkungan. Penerapan bioteknologi di masa ini juga dapat dijumpai pada
pelestarianlingkungan hidup dari polusi. Sebagai contoh,
pada penguraian minyak bumi yang tertumpah ke laut oleh bakteri, dan penguraian
zat-zat yang bersifat toksik (racun) di sungai atau laut dengan menggunakan
bakteri jenis baru.Bahan pangan hewani merupakan kebutuhan pokok manusia
untuk hidup sehat, kreatif, produktif dan cerdas. Menurut Prof. I.K Han (1999)
menyatakan adanya kaitan positif antara tingkat konsumsi protein hewani dengan
umur harapan hidup (UHH) dan pendapatan perkapita. Delgado et. al (1999)
menduga akan terjadi peningkatan produksi dan konsumsi pangan hewani dimasa
depan. Di dalam artikel “Peternakan 2020: Revolusi Pangan Masa Depan”, mereka
menduga bahwa konsumsi daging penduduk dunia akan meningkat dari 233 juta ton
(tahun 2000) menjadi 300 juta ton (tahun 2020). Konsumsi susu naik dari 568
juta ton menjadi 700 juta, sedangkan konsumsi telur sekitar 55 juta ton. Hal
tersebut disebabkan oleh bertambahnya jumlah penduduk dunia, meningkatnya
kesejahteraan hidup dan meningkatnya kesadaran gizi masyarakat dunia.Akan tetapi, peningkatan kebutuhan pangan hewani,
ternyata tidak diikuti oleh ketersediaan pangan hewani secara murah, merata dan
terjangkau. Teknologi budidaya peternakan konvensional dan pertumbuhan populasi
ternak yang cenderung lambat merupakan salah satu faktor penyebabnya. Oleh
karena itu, aplikasi bioteknologi diharapkan dapat memainkan peranan penting
dalam memacu pertumbuhan populasi ternak dan meningkatkan mutu pangan hewani.Menurut Sudrajat (2003) aplikasi bioteknologi peternakan
dilakukan pada tiga bidang utama, yaitu bioteknologi reproduksi (inseminasi
buatan, transfer embrio dan rekayasa genetik), bioteknologi pakan ternak dan
bioteknologi bidang kesehatan hewan. Bioteknologi peternakan dapat digunakan
mempercepat pembangunan peternakan melalui peningkatan daya reproduksi dan mutu
genetik ternak, perbaikan kualitas pakan dan kualitas kesehatan ternakBioteknologi hewan adalah bioteknologi yang mengunakan
agen hayatinya berupa hewan dalam
proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasaBioteknologi reproduksi terus berkembang untuk
meningkatkan konsistensi dan keamanan produk dari ternak yang berharga
secara genetik dan menyelamatkan spesies langka. Bioteknologi reproduksi
juga memudahkan antisipasi kemungkinan industri yang mengarah pada produk
dengan sifat-sifat genetik bernilai ekonomis seperti pertumbuhanjaringan otot,
produk rendah lemak, dan ketahanan terhadap penyakit.Metode-metode bioteknologi pda hewan antara lain :4. Transfer Embrio5. Bayi Tabung6. Kultur Sel Hewan7. Hormon BST (Bovine
Somatotrophin)8. Hewan transgenic9. Kriopreservasi
Embrio10. Inseminasi Buatan dan Seksing Sperma Transfer EmbrioTE (transfer embrio) merupakan teknologi yang
memungkinkan induk betina unggul memproduksi anak dalam jumlah banyak tanpa
harus bunting dan melahirkan. TE dapat mengoptimalkan bukan hanya potensi dari
jantan saja tetapi potensi betina berkualitas unggul juga dapat dimanfaatkan
secara optimal. Pada proses reproduksi alamiah, kemampuan betina untuk bunting
hanya sekali dalam 1 tahun (9 bulan bunting ditambah persiapan untuk bunting
berikutnya) dan hanya mampu menghasilkan 1 atau 2 anak bila terjadi kembar. Menggunakan
teknologi TE, betina unggul tidak perlu bunting tetapi hanya berfungsi
menghasilkan embrio yang untuk selanjutnya bisa ditransfer (dititipkan) pada
induk titipan (resipien) dengan kualitas genetik rata-rata etapi mempunyai
kemampuan untuk bunting.Prinsip dasar dari transfer
embrio meliputi beberapa treatmen/perlakuan dengan
menggunakani teknik-teknik lainnya, yaitu superovulasi, oestrus
synchronization(SinkronisasiBirahi), artificialinsemination (Inseminasi Buatan), embrio/eggs
recovery (Pengumpulan atau pemanenan embrio) dan embrio/eggs
transfer (Pemindahan embrio) (Sudarto, 1985). Sebelum dilakukan
transfer, dilakukan produksi embrio.
Menurut Udrayana(2011) produksi embrio terdiri dari 2 cara yaitu
produksi embrio in vivo dan produksi embrio in vitro.Produksi
embrio in vivo dilakukan dengan cara mengambil atau memanen
embrio yang terdapat di dalam uterus (rahim) sapi betina donor
(penghasil embrio), kemudian dipindahkan pada sapi betina yang lain (betina
resipien) atau untuk disimpan dalam keadaan beku (freeze
embryo). Untuk memperbanyak embrio yang dipanen, maka pada sapi-sapi betina
donor biasanya dilakukan teknik superovulasi, yaitu suatu
perlakuan menggunakan hormon untuk memperoleh lebih banyak sel telur (ovum)
pada setiap periode tertentu. Sehingga dengan demikian, seekor betina donor
yang telah di-superovulasi dan kemudian dilakukan inseminasi (memasukkan
sel benih jantan pada uterus menggunakan alat tertentu), akan menghasilkan
banyak embrio untuk dipanen. Embrio-embrio tersebut kemudian dipanen (flushing) 2
hari setelah superovulasi dan inseminasi. Hasil panen kemudian
dilakukan evaluasi kualitas embrio (grading), setelah itu hasilnya
dapat disimpan beku atau ditransfer pada betina lain. oestrus
synchronization (sinkronisasi estrus) adalah usaha yang bertujuan
untuk mensinkronkan kondisi reproduksi ternak sapi donor dan
resipien. Sinkronisasi estrus umumnya menggunakan hormon prostaglandin F2a
(PGF2a ) atau kombinasi hormon progesteron dengan PGF2a. Sedangkan menurut
Asrul superovulasi menggunakan hormon gonadotropin, seperti FSH (Follicle
Stimulating Hormonr) atau PMSG (Pregnant Mare’s Serum Gonadotropin).
Penyuntikan hormon itu akan meningkakan jumlahcorpus luteum.
0 komentar:
Posting Komentar