A.
Motivasi
1.
Pengertian Motivasi
Manajemen
sumber daya manusia pada dasarnya berisikan langkah-langkah perencanaan,
penarikan, seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumber daya
manusia (SDM) untuk mencapai tujuan tertentu, baik tujuan individual
maupun tujuan organisasi.
Keberhasilan
pengolahan organisasi atau prusahaan bisnis sanggat ditentukan oleh aktivitas
kegiatan pendayagunaan sumber daya manusia, dalam hal ini seorang manajer harus
memiliki teknik-teknik untuk dapat memelihara prestasi dan kepuasan kerja,
antar lain dengan memberikan motivasi kepada bawahan agar dapat melaksanakan
tugas sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Motivasi
adalah: Keinginan yang terdapat pada seorang individu yang merangsangnya
melakukan tindakan (GR. Terry, yang dikutip oleh Malayu S.P Hasibuan (2005 :
145). Motivasi : pekerjaan yang dilakukan oleh manajer dalam memberikan
inspirasi, semangat, dan dorongan pada orang lain, dalam hal ini karyawannya
untuk mengambil tindakan-tindakan tertentu ( Liang Gie, yang dikutip oleh
Sadali Samsudin ( 2006 :281 ). Motivasi: keseluruhan proses pemberian motivasi
bekerja kepada bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja dengan
ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien dan ekonomis (Siagian,
yang dikutip oleh Sedarmayanti ( 2001 : 66 ). Motivasi meliputi
perasaan unik, pikiran dan pengalaman masa lalu yang merupakan bagian dari
hubungan internal dan eksternal perusahaan sedemikian pentingnya motivasi,
banyak ahli filsafat, sosiolog, psikolog maupun ahli manajemen melakukan
penelitian.
Berikut
adalah definisi-definisi mengenai motivasi yang dikutip dari beberapa ahli:
Motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan atau
menggerakkan. Motivasi (motivation) dalam manajemen hanya ditujukan pada sumber
daya manusia umumnya dan bawahan khususnya. Motivasi mempersoalkan bagaimana
caranya mengarahkan daya dan potensi bawahan, agar mau bekerja sama secara
produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan. Berikut
ini adalah pengertian-pengertian motivasi kerja menurut para ahli, diantaranya
yaitu:
Motivasi
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), (2008:930) adalah: “Dorongan yang timbul pada diri
seseorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan
tertentu, atau usaha–usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau sekelompok
orang tertentu bergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang
dikehendaki.” Motivasi kerja menurut Stephen P. Robbin (2006:214) bahwa :
Motivasi merupakan proses yang berperan pada intensitas, arah, dan lamanya
berlangsung upaya individu ke arah pencapaian tujuan. Motivasi kerja menurut
Malayu S.P. Hasibuan (2005:141) bahwa : Motivasi kerja adalah hal yang
menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja
giat dan antusias mencapai hasil kerja yang optimal. Motivasi kerja
menurut Kusnadi (2002:330) adalah upaya-upaya yang memunculkan semangat
dari dalam orang itu sendiri melalui fasilitas penyediaan kepuasan.
Dari
pengertian di atas bahwa motivasi kerja merupakan suatu keahlian dalam
mengarahkan atau mengendalikan dan menggerakan seseorang untuk melakukan
tindakan akan perilaku yang diinginkan berdasarkan sasaran-sasaran yang sudah
ditetapkan untuk mencapai tujuan tertentu.
2.
Teori Drive-Reinforcement dan
implikasi praktisnya
Teori ini didasarkan atas hubungan sebab dan akibat dari
perilaku dengan pemberian konpensasi.Misalnya promosi seorang karyawan itu
tergantung dari prestasi yang selalu dapat dipertahankan.Sifat ketergantungan
tersebut bertautan dengan hubungan antara perilaku dan kejadian yang mengikuti
perilaku tersebut. Teori pengukuhan ini terdiri dari dua jenis, yaitu :
a.
Pengukuhan
Positif (Positive Reinforcement), yaitu bertambahnya frekuensi perilaku,
terjadi jika pengukuh positif diterapkan secara bersyarat.
b.
Pengukuhan
Negatif (Negative Reinforcement), yaitu bertambahnya frekuensi perilaku,
terjadi jika pengukuhan negatif dihilangkan secara bersyarat.
Jadi
prinsip pengukuhan selalu berhubungan dengan bertambahnya frekuensi dan
tanggapan, apabila diikuti oleh stimulus yang bersyarat.Demikian juga prinsip
hukuman (Punishment) selalu berhubungan dengan berkurangnya frekuensi
tanggapan, apabila tanggapan (response) itu diikuti oleh rangsangan yang
bersyarat.Contoh : pengukuhan yang relatif malar adalah mendapatkan pujian
setelah seseorang memproduksi tiap-tiap unit atau setiap hari disambut dengan
hangat oleh manajer.
Teori
”drive” bisa diuraikan sebagai teori-teori dorongan tentang motivasi, perilaku
didorong ke arah tujuan oleh keadaan-keadaan yang mendorong dalam diri
seseorang atau binatang. Contohnya., Freud ( 1940-1949 ) berdasarkan ide-idenya
tentang kepribadian pada bawaan, dalam kelahiran, dorongan seksual dan agresif,
atau drive (teorinya akan diterangkan secara lebih detail dalam bab
kepribadian). Secara umum , teori-teori drive mengatakan hal-hal berikut :
ketika suatu keadaan dorongan internal muncul, individu di dorong untuk
mengaturnya dalam perilaku yang akan mengarah ke tujuan yang mengurangi
intensitas keadaan yang mendorong. Pada manusia dapat mencapai tujuan yang
memadai yang mengurangi keadaan dorongan apabila dapat menyenangkan dan
memuaskan. Jadi motivasi dapat dikatakan terdiri dari:
·
Suatu
keadaan yang mendorong
·
Perilaku
yang mengarah ke tujuan yang diilhami oleh keadaan terdorong
·
Pencapaian
tujuan yang memadai
·
Pengurangan
dan kepusaan subjektif dan kelegaan ke tingkat tujuan yang tercapai
Setelah
keadaan itu, keadaan terdorong akan muncul lagi untuk mendorong perilaku ke
arah tujuan yang sesuai. Pengulangan kejadian yang baru saja diuraikan
seringkali disebut lingkaran korelasi.
Teori-teori
Drive berbeda dalam sumber dari keadaan terdorong yang memaksa manusia atau
binatang bertindak.Beberapa teori, termasuk teori Freud, dipahami oleh keadaan
terdorong sejak belum lahir, atau instingtif. Tentang perilaku binatang,
khususnya ahli ethologi telah mengusulkan suatu penjelasan suatu mekanisme
dorongan sejak kelahiran (tinbergen, lorenz, dan leyhausen dalam morgan, dkk.
1986). Teori-teori drive yang lain telah mengembangkan peran belajar
dalamkeaslian keadaan terdorong. Contohnya, dorongan yang di pelajari (learned
drives), seperti mereka sebut, keaslian dalam latihan seseorang atau binatang
atau pengalaman masa lalu dan yang berbeda dari satu individu ke individu yang
lain. Karena penggunaan minuman keras sebelumnya, ketagihan heroin, contohnya
mengembangkan suatu dorongan untuk mendapatkan hal tersebut, dan karena itu
mendorong ke arah itu.Dan dalam realisasi motif sosial, orang telah belajar
dorongan untuk kekuasaan, agresi atau prestasi. Keadaan terdorong yang
dipelajari menjadi ciri abadi dari orag tertentu dan mendorong orang itu ke
arah tujuan yang memadai, orang lain mungkin belajar motif sosial yang lain dan
didorong ke arah tujuan yang berbeda.
Biasanya
di terapkan dalam kehidupan sehari-hari, misalkan seorang kuli panggul di pasar
tradisional, jika ia dapat mengangkut/mengirim 5 ton buah pada tiap 5 karung
maka akan diberikan 2 kg buah segar oleh pemilik toko buah tersebut, drive-reinforcement
nya berbentuk reward berupa materi yang diberikan pemilik toko kepada
pekerjanya (kuli panggul).
3.
Teori Harapan dan implikasi
praktisnya
Teori
pengharapan berargumen bahwa kekuatan dari suatu kecenderungan untuk bertindak
dengan suatu cara tertentu bergantung pada kekuatan dari suatu pengharapan
bahwa tindakan itu akan diikuti oleh suatu keluaran tertentu , dan pada daya
tarik dari keluaran tersebut bagi individu tersebut.
Dalam
istilah yang lebih praktis, teori pengharapan, mengatakan seseorang karyawan
dimotivasi untuk menjalankan tingkat upaya yang tinggi bila ia menyakini upaya
akan menghantar ke suatu penilaian kinerja yang baik (Victor Vroom dalam Robbin
2003:229) Karena ego manusia yang selalu menginginkan hasil yang baik baik
saja, daya penggerak yang memotivasi semangat kerja seseorang terkandung dari
harapan yang akan diperolehnya pada masa depan (Hasibuan 2001:165). Apabila
harapan dapat menjadi kenyataan, karyawan akan cenderung meningkatkan gairah
kerjanya. Sebaliknya jika harapan tidak tercapai, karyawan akan menjdadi malas.
Teori
ini dikemukakan oleh Victor Vroom yang mendasarkan teorinya pada tiga konsep
penting, yaitu:
a.
Harapan
(expentancy) adalah suatu kesempatan yang diberikan terjadi karena prilaku. Harapan
merupakan propabilitas yang memiliki nilai berkisar nol yang berati tidak ada
kemungkinan hingga satu yang berarti kepastian
b.
Nilai
(Valence) adalah akibat dari prilaku tertentu mempunyai nilai atau martabat
tertentu (daya atau nilai motivasi) bagi setiap individu tertentu
c.
Pertautan
(Inatrumentality) adalah persepsi dari individu bahwa hasil tingkat pertama
akan dihubungkan dengn hasil tingkat ke dua.Vroom mengemukakan bahwa pertautan
dapat mempunyai nilai yang berkisar antara –1 yang menunjukan persepsi bahwa
tercapinya tingkat ke dua adalah pasti tanpa hasis tingkat pertama dan tidak
mungkin timbul dengan tercapainya hasil tingkat pertama dan positip satu +1
yang menunjukan bahwa hasil tingkat pertama perlu dan sudah cukup untuk
menimbulkan hasil tingkat ke dua.
Teori
ini termasuk kedalam Teori – Teori Kesadaran.Teori ini menunjukkan pendekatan
kognitif terhadap motivasi kerja, yang menekankan kepada kemampuan individu
dalam pemrosesan informasi.Kekuatan motivasi yang mendasarinya bukanlah sebuah
kebutuhan.Pekerja diasumsikan melakukan penilaian rasional terhadap situasi
kerjanya dengan mengumpulkan informasi untuk diolah, kemudian membuat
keputusanyang optimal. Kebutuhan hanya digunakan untuk membantu dalam memahami
bagaimana pekerja membuat pilihan berdasarkan pada keyakinan persepsi dan nilai
– nilai mereka..Salah satu teori harapan yang terkait dengan kerja dikemukakan
oleh George Poulus, Mathoney dan Jones (1957) yang mengacu pada Path-Goal
Theory. Mereka mengemukakan bahwa para pekerja akan cenderung menjadi produktif
apabila mereka memandang produktivitas yang tinggi itu sebagai satu cara atau
lebih pada tujuan pribadi.
Sebaliknya,
kinerja yang rendah hanyalah satu jalan menuju tujuan pribadi. Misalnya
produktivitas yang tinggi akan lebihcepat atau mudah untuk terpenuhinya tujuan
pribadi daripada pekerja yang hasilnya terbatas atau lebih rendah. Dengan
menggunakan pendekatan”jalan ke arah tujuan (path-goal)” ini, Vroom (1976)
menyarankan suatu teori motivasi kerjayang dikenal dengan singkatan VIE –
Valensi/kemampuan (valence), sarana (Instrumentality), dan harapan
(Expectancy). Pada kesempatan ini yang dibahas yaitu mengenai Teori Harapan
(Expectancy Theory). Nadler & Lawler menyatakan bahwa terlepas dari teori
VIE sebagaimana yang diutarakan para ahli lainnya, namun ternyata teori VIE
menerima terlalu banyak dukungan empiis karena nilainya yang positif bagi
organisasi. Secar khusus, teori ini memberikan beberapa implikasi yang jelas
dan positif bagi manajer, dimana manajer hendaknya memperhatikan petunjuk
sebagai berikut:
Menentukan
mana penghargaan yang lebih penting para pegawai.Misalnya, kebanyakan manajer
seringkali memandang bahwa pemberian gaji dan tunjangan yang tinggi sangat
diinginkan pegawai, namun setelah dilakukan pnlitian dia terkejut karena
hasilnya justru menunjukkan bahwa hal tersebut tidak terbukti. Demikian perlu
dicatat bahwa keinginan para pegawai berbeda – beda,dan oleh karena itu mereka
tidak memberikan respon dengan cara yang sama terhadap sistem insentif
perusahaan. Mendefinisikan kinerja yang baik dengan menetapkan secara benar
standar kuantitas dan kualitas kerja yang terukur.Memastikan bahwa tujuan
kinerja bersifat realistik, apabila pegawai tidak mencapai tujuan kinerja yang
diharapkan, maka motivasi untuk bekerja pun menjadi rendah.Pegawai harus
merasakan bahwa penghargaan yang diterima terasa adil. Tetapi sistem motivasi
yang berdasarkan pada equity (keadilan) jangan dikacaukan dengan sistem yang berdasarkan
equality (kesamaan), dimana seluruh pegawai diberikan dengan penghargaan yang
sama dengan mengabaikan kualitas kerja dan hasil kerja masing – masing
individu. Mengingat ada beberapa organisasi yang memiliki aturan kerja yang
kaku dan sistem penghargaan yang mendorong para pekerja untuk mencapai hasil
yang setinggi – tingginya, maka para manajer hendaknya merancang sistem
penghargaan yang lebih fleksibel dan equitable. Contoh Kasus PHK:
Dari
sudut pandang Expectancy Theory, para pekerja tidak termotivasi untuk bekerja
keras karena tidak adanya hubungan antara prestasi kerja dengan penghasilan.
Persepsi mereka adalah bahwa kerja keras tidak akan memberikan mereka
penghasilan yang diharapkan. Malahan, dengan adanya PHK, mereka memiliki
persepsi bahwa walaupun telah bekerja keras, kadang-kadang mereka malah
mendatangkan hasil yang tidak diinginkan, misalnya PHK.Konsisten dengan teori
ini, para pekerja pun menunjukkan motivasi yang rendah dalam melakukan
pekerjannya.
Rekomendasi: Kaitkan penghasilan dengan prestasi. Sesuai
dengan Expectancy Theory (Vroom, dalam Donovan, 2001), tiga
hal akan direkomendasikan untuk perusahaan dalam Contoh Kasus:
Ø Tingkatkan Expectancy: Para pekerja
perlu merasa bahwa mereka mampu mencapai prestasi yang tinggi. Jika perlu, perusahaan
perlu memberikan pelatihan untuk memastikan bahwa para karyawan memang memiliki
keahlian yang dituntut oleh masing-masing pekerjaannya.
Ø Tingkatkan Instrumentality: Ciptakan
reward system yang terkait dengan prestasi. Misalnya, selain gaji pokok, tim
yang berhasil mencapai targetnya secara konsisten akan mendapatkan bonus.
Dengan cara ini, para karyawan mengetahui bahwa prestasi yang lebih baik memang
benar akan mendatangkan penghasilan yang lebih baik pula.
Ø Tingkatkan Valence: Karena
masing-masing individu memiliki penilaian yang berbeda, sangatlah sulit bagi
perusahaan untuk merancang reward system yang memiliki nilai tinggi bagi setiap
individu karyawan. Salah satu cara mengatasi hal ini adalah dengan memberikan
poin bonus yang bisa ditukarkan dengan berbagai jenis hal sesuai kebutuhan
individu, misalnya poin bonus bisa ditukarkan dengan hari cuti, uang, kupon
makan, dsb. Konsekuensi dari program ini adalah perusahaan harus menerapkan
sistem pencatatan yang rapi untuk memastikan bahwa masing-masing karyawan
mendapatkan poin bonus secara adil.
4.
Teori tujuan dan implikasi
praktisnya
Locke
menguslkan model kognitif yang dinamakan teori tujuan, yang mencoba menjelaskan
hubungan hubungan antara niat/intentions dengan perilaku.Aturan dasarnya ialah
penetapan dari tujuan-tujuan secara sadar.Hasil penelitian Edwin Locke dan
rekan-rekan (1968), menunjukkan efek positif dari teori tujuan pada prilaku
kerja.
Penetapan
tujuan memiliki empat macam mekanisme:
a.
Tujuan
adalah yang mengarahkan perhatian
b.
Tujuan
adalah yang mengatur upaya
c.
Tujuan
adalah meningkatkan persistensi
d.
Tujuan
adalah menunjang strategi untuk dan rencana kegiatan
5.
Teori Hirarki Kebutuhan Maslow
Maslow
(1970) telah menyusun kebutuhan-kebutuhan manusia dalam lima tingkat yang akan
dicapai sebagai berikut:
a.
Kebutuhan
Fisiologi
Merupakan kebutuhan tingkat pertama yang paling rendah dan
harus dipenuhi dan dipuaskan sebelum mencapai kebutuhan pada tingkat yang lebih
tinggi.Kebutuhan ini terdiri dari makan,minum,pernapasan dan lain-lain yang
bersifat biologis.
b.
Kebutuhan
Keamanan
Yang termasuk kebutuhan keamannan adalah kestabilan,
ketergantungan, perlindungan, bebas dari rasa takut dan ancaman.
c.
Kebutuhan
Sosial
Yaitu kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain, pada
saat ini individu akan sangat merasa kesepian dan terisolasi dari pergaulan.
d.
Kebutuhan
Harga Diri
Kebutuhan harga diri dapat dibagi menjadi dua
katagori.Pertama adalah kebutuhan terhadap kekuasaan, berpretasi, pemenuhan
diri, kekuatan, dan kemampuan untuk memberi keyakinan serta kebebasan.Kedua
adalah kebutuhan akan nama baik, status, keberhasilan, pengakuan, perhatian, penghargaan.
e.
Kebutuhan
Aktualisasi Diri
Masing-masing orang ingin mewujudkan diri sebagai seorang
yang mempunyai kemampuan yang unik.Kebutuhan ini hanya ada setelah empat
kebutuhan sebelumnya dicapai secara memuaskan.Pada dasarnya bertujuan untuk
membuat seluruh potensi yang ada dalam diri seseorang sebagai suatu wujud nyata
yaitu dalam bentuk usaha aktualisasi diri.
6.
Kebutuhan yang Relevan dengan
Perilaku dalam Organisasi
Kebutuhan merupakan fundamen yang mendasari perilaku
pegawai.Karena tidak mungkin memahami perilaku tanpa mengerti kebutuhannya. Abraham
Maslow (Mangkunegara, 2005) mengemukakan bahwa hierarki kebutuhan manusia adalah
sebagai berikut:
§ Kebutuhan fisiologis, yaitu
kebutuhan untuk makan, minum, perlindungan fisik, bernapas, seksual. Kebutuhan
ini merupakan kebutuhan tingkat terendah atau disebut pula sebagai kebutuhan
yang paling dasar.
§ Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan
akan perlindungan diri dari ancaman, bahaya, pertentangan, dan lingkungan
hidup.
§ Kebutuhan untuk rasa memiliki
(sosial), yaitu kebutuhan untuk diterima oleh kelompok, berafiliasi,
berinteraksi, dan kebutuhan untuk mencintai serta dicintai.
§ Kebutuhan akan harga diri, yaitu
kebutuhan untuk dihormati dan dihargai oleh orang lain.
§ Kebutuhan untuk mengaktualisasikan
diri, yaitu kebutuhan untuk menggunakan kemampuan, skill dan potensi. Kebutuhan
untuk berpendapat dengan mengemukakan ide-ide, gagasan dan kritik terhadap
sesuatu
B.
Job Enrichment
1. Pengertian Job Enrichment
Seorang pegawai yang bekerja pada suatu perusahaan
biasanya akan mengalami kenaikan jabatan yang diikuti dengan penambahan
tanggung jawab terhadap pekerjaan. Hal tersebut dinamakan job enrichment, berikut
beberapa definisi mengenai job enrichment:
Pengayaan Pekerjaan (job enrichment) merupakan penambahan pekerjaan melalui
peningkatan kewenangan. Dalam pengayaan pekerjaan, pekerjaan tertentu menjadi
lebih besar tanggung jawabnya, biasanya dikaitkan dengan proses perencanaan
maupun evaluasi pekerjaan, menurut Dian Wijayanto (2012).
Selain itu, Stphen mengatakan bahwa Job enrichment adalah
mengacu pada pengembangan vertikal dari pekerjaan.Penambahan ini meningkatkan
sejauh mana pekerja itu mengendalikan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
dari kerjanya. Suatu pekerjaan yang diperkaya mengorganisasi tugas-tugas
sedemikian sehingga memungkinkan pekerjaan itu untuk melakukan kegiatan
lengkap, menigkatkan kebebasan dan ketidak tergantungan karyawan itu,
meningkatkan tanggung jawab dan memberikan umpan balik sehingga seorang
individu akan mampu menilai dan megoreksi kinerjanya sendiri.
2. Langkah-langkah redesign pekerjaan untuk job enrichment
Begitu banyak pekerjaan sangat membosankan dan monoton
dan apa yang dapat dilakukan untuk membuat pekerjaan yang ditawarkan lebih
memuaskan, dengan mengurangi biaya perekrutan, meningkatkan retensi staff yang
berpengalaman dan memotivasi mereka untuk tampil di tingkat yang tinggi. Salah
satu faktor kunci dalam design pengayaan pekerjaan (job enrichment) menurut
Stphen P. Robbins (2003), sebagai berikut:
a.
Menggabungkan Tugas
Gabungan
berbagai bentuk aktivitas kerja untuk memberikan yang lebih menantang dan kompleks
pada tugas pekerjaan.Hal ini memungkinkan pekerja untuk menggunakan berbagai
macam keterampilan, variasi tugas yang dapat membuat pekerjaan terasa lebih
bermakna dan penting.Hal ini meningkatkan keanekaragaman dan identitas tugas.
b.
Menciptakan Unit Kerja Alami
Salah
satu cara memperkaya pekerjaan adalah melalui pembentukan unit kerja yang alami
dimana pegawai mendapatkan kepemilikan pekerjaan. Unit kerja berarti bahwa
tugas pekerja dilakukan sama, mengartikan dan mengidentifikasi seluruhnya.
Kenaikan pekerjaan pada setiap pekerja menunjukkan kemungkinan bahwa pekerja
akan meninjau pekerjaannya yang berarti dan penting yang tidak begitu relevan
dan membosankan.
c.
Menampilkan Hubungan Pelanggan
Pekerja
sangat jarang kontak dengan pengguna produk ataupun jasanya. Jika hubungan
tersebut dapat dibangun, komitmen kerja dan motivasi biasanya akan meningkat.
Hal ini meningkatkan keanekaragaman otonomi, dan umpan balik bagi karyawan.
d.
Memperluas Pekerjaan Vertikal
Ketika
kesenjangan (gap) antara “melakukan” dan “mengontrol” dikurangi “vertical loading”terjadi,
khususnya tanggung jawab yang sebelumnya merupakan tanggung jawab manajemen
sekarang didelegasikan kepada pegawai sebagai bagian dari pekerjaan mereka.
Ketika pekerjaan dibebani secara vertikal, otonomi naik, pekerja merasa
tanggung jawab personal dan akuntabilitas untuk outcomes/dampak
dari usaha mereka.
e. Membuka
Saluran Feedback
Dengan
meningkatkan umpan balik, pekerja tidak hanya belajar bagaimana sebaiknya
mereka menyamakan pekerjaannya, tetapi hanya dengan memeperbaiki kinerja
mereka, memperburuk atau mengulang pada tingkat yang tetap.Idealnya umpan balik
ini menyangkut kinerja yang dapat diterima langsung seperti pekerja melakukan
pekerjaannya dan perlu kebiasaan dasar manajemen.
3. Pertimbangan Melakukan Job Enrichment
Ada lima
dimensi inti dari sebuah pekerjaan yang mempengaruhi job enrichment biasanya
memberikan kontribusi kepada orang-orang yang menikmati pekerjaan menurut
Greenberg dan Baron:
a.
Skill Variety –
Meningkatkan jumlah individu keterampilan yang digunakan ketika melakukan
pekerjaan.
b.
Task Identity –
Mengaktifkan orang untuk melakukan pekerjaan dari awal sampai akhir.
c.
Task Significance –
Memberikan pekerjaan yang memiliki dampak langsung terhadap organisasi atau
para stakeholder.
d.
Autonomy –
Meningkatkan tingkat pengambilan keputusan, dan kebebasan untuk memilih
bagaimana dan ketika pekerjaan selesai.
e.
Feedback –
Meningkatkan jumlah pengakuan untuk melakukan pekerjaan dengan baik, dan
mengkomunikasikan hasil karya orang.
Agar perusahaan dapat terus hidup dan bertahan lama,
maka pekerja yang bekerja untuk perusahaan tersebut perlu diberikan program redesign pekerjaan seperti job enrichment.Denganjob enrichment, produktivitas pekerja bisa
ditingkatkan sehingga pekerja tidak merasa monoton dengan pekerjaannya.Para
pemegang kekuasaan perlu cermat dalam melihat siapa saja pekerja yang
berpotensi dan perlu mendapatkan program job enrichment.
SUMBER
Ivancevich, J. M., Konopaske, R., dan Matteson, M. T.
(2007). Perilaku dan manajemen organisasi. Jakarta: Erlangga.
Leavitt, J.H., 1992 Psikologi Manajemen. Jakarta: Penerbit Erlangga
Robbins, Stephen. P.
(2006). Perilaku organisasi, edisi Bahasa Indonesia. Klaten:
PT INTAN SEJATI.
Sunyoto Munandar, Ashar.(2001).Psikologi Industri dan Organisasi.Jakarta:
Universitas Indonesia.
Sihotang. A. Drs. M.B.A. (2006).Menejemen Sumber Daya
Manusia .Jakarta : PT Pradnya Paramita.
P.Siagian, Sondang, Prof. Dr. MPA.(1988). Teori dan Praktek
Kepemimpinan Jakarta: Rineka Citra.
Wijayanto, D. (2012). Psikologi manajemen.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka.
Teori-teori motivasi diakses melalui http://wangmuba.com/2009/02/18/teori-teori-motivasi/
Teori Harapan Expectancy diakases melalui http://wangmuba.com/2009/02/18/teori-harapan-expectancy/
Motivasi Teori Proses dan Penerapan http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-makalah-tentang/motivasi-teori-proses-dan-penerapan






0 komentar:
Posting Komentar